MANAGEMENT
Rabu, 29 Juni 2016
base jumping
I think base jumping is an extreme yet exiting thing to do. first, you have to be brave and trust yourself before you try. this activity will make us learn to be calm and totally focus because your life is depends on it (beside of God). if i have the chance, I want to feel the adrenaline one day. for sure.
Kamis, 16 Juni 2016
Ahok introduces ‘Smart City’ program in Jakarta Fair
Jakarta
Governor Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama showed off the Smart City program
in the opening of the 2016 Jakarta Fair on Friday to demonstrate to visitors
the city administration’s utilization of information technologies.
“This is what I
want conducted at the fair. I don’t want to see the administration only selling
products, like traditional food, to visitors. Jakarta shall introduce to the
public the applications it has, which can make the life of the Jakartans or
people who want to visit this city easier and better,” Ahok said at the Jakarta
Smart City monitoring room at the
Jakarta International Expo center in Kemayoran, Central Jakarta, on Friday.
Ahok, who has
become a “selfie magnet” for visitors, hoped that the public could familiarize
themselves and utilize the Jakarta Smart City system because it would be
helpful for them. For example, visitors could use the system to check public
bus schedules and places where they could find healthy meals in the city. The
Jakarta Smart City program also offered an electronic library program
accessible by the public, Ahok said.
Besides
the program, Ahok also introduced the mobile application Qlue at Friday’s
event.
“You can use
Qlue to report your subdistrict head if they are not performing,” the governor
said.
The Jakarta
Fair is scheduled to take place from June 10 to July 17 to celebrate the 489th
anniversary of the city. It is expected that more than 5 million people will
visit this event.
Source :
http:www.thejakartapost.co.id
Minggu, 07 Juni 2015
kemajemukkan masyarakat indonesia
1.1 Latar Belakang Masalah
Pernahkah
anda perhatikan keadaan masyarakat Indonesia ? Bangsa yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke ini, terdiri dari bermacam suku bangsa, budaya, ras dan agama.
Disebut juga masyarakat majemuk atau multikultur. Kondisi masyarakat seperti
ini jika berjalan serasi dan harmonis akan menciptakan integrasi sosial. Jika
tidak, terjadilah disintegrasi sosial atau konflik sosial. Pengaruh kemajemukan
masyarakat yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan konflik sosial
adalah munculnya sikap primordial (primordialisme) yang berlebihan dan
stereotip etnik.
Indonesia
dikenal dengan kemajemukan masyarakat, baik dari sisi etnisitas maupun budaya
serta agama dan kepercayaannya. Kemajemukan juga menjangkau pada tingkat
kesejahteraan ekonomi, pandangan politik serta kewilayahan, yang semua itu
sesungguhnya memiliki arti dan peran strategis bagi masyarakat Indonesia. Meski
demikian, secara bersamaan kemajemukan masyarakat itu juga bersifat dilematis
dalam kerangka penggalian, pengelo1aan, serta pengembangan potensi bagi bangsa
Indonesia untuk menapaki jenjang masa depannya.
Kemajemukan
masyarakat Indonesia dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan
berkembang bersama. Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tersebut tidak
dikelola dengan baik, maka akan menyuburkan berbagai prasangka negatif
(negative stereotyping) antar individu dan kelompok masyarakat yang akhirnya
dapat merenggangkan ikatan solidaritas sosial.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Istilah
Masyarakat Indonesia Majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam
bukunya Netherlands India: A Study of Plural Economy (1967), untuk
menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman
ras dan etnis sehingga sulit bersatu dalam satu kesatuan sosial politik.
Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang
unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.
Faktor
yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Keadaan geografi Indonesia yang
merupakan wilayah kepulauan
b. Letak Indonesia diantara Samudra
Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, maka
Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan.
c. Iklim yang berbeda serta struktur tanah
di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan
kemajemukan regional.
Pengaruh
kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku bangsa,ras dan agama dapat
dibagi atas pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah terdapat
keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud
integrasi bangsa. Pengaruh negatif, munculnya sikap primordial (primordialisme)
yang berlebihan yang mewarnai interaksi sosial sehingga muncul disintegrasi
atau konflik sosial.
3.2 Saran
Di
tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka
idiom yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya
harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada
dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini
berbeda-beda dalam satu kemajemukan.
Dengan
demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan
warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk
senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan
yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Maka,
Indonesia Baru yang kita ciptakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser
perbadaan yang ada dengan mengedepankan keBhinnekaan sebagai strategi integrasi
nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang
sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan.
Minggu, 26 April 2015
liburan ku ke parang teritis bareng keluarga
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Parang Tritis. Gelombang ombak bergulung-gulung datang silih berganti menyambutku serasa ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang menghampar luas tanpa ada tumbuh-tumbuhan atau karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Di sebelah kanan-kiri, aku bisa memandang air laut sejauh mata memandang, pandai dengan bukit berbatu, pesisir serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombah menghempas kakiku dan terasa asin air itu ketika bibirku terkena percikan. Sepanjang aku berjalan, hampir pinggiran pantai dipenuhi oleh pengunjung wisatawan. Kulihat ada yang berlari berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air, berfoto-foto dengan latar sekitar pantai. Tapi yang paling membuatku tertarik, kulihat ada beberapa turis manca negara yang menikmati keindahan pantai ini dengan naik delman. Seperti apa yang aku lihat, pantai ini memang sangat ramai pengunjung. Tak pernah sunyi pantai Parang Tritis.
Parangtritis adalah nama desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini terdapat pantai Samudera Hindia yang terletak kurang lebih 25 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai, gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang disebut parang wedang konon air di pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit kulit, air dari pemandian tersebut mengandung belerang yang berasal dari pengunungan di lokasi tersebut. Air panas dari parang wedang dialirkan ke pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak. Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda & kuda yang dapat disewa untuk menyusuri pantai dari timur ke barat. selain itu juga parangtritis sebagai tempat untuk olahraga udara/aeromodeling.
paragraf narasi dan deskripsi
Parangtritis adalah nama desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini terdapat pantai Samudera Hindia yang terletak kurang lebih 25 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai, gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang disebut parang wedang konon air di pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit kulit, air dari pemandian tersebut mengandung belerang yang berasal dari pengunungan di lokasi tersebut. Air panas dari parang wedang dialirkan ke pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak. Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda & kuda yang dapat disewa untuk menyusuri pantai dari timur ke barat. selain itu juga parangtritis sebagai tempat untuk olahraga udara/aeromodeling.
paragraf narasi dan deskripsi
Sabtu, 28 Maret 2015
HARGA BBM MUNGKIN NAIK LAGI BULAN DEPAN
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga bahan bakar minyak (BBM) kembali naik pada hari ini sebesar Rp 500 per liter, di mana premium menjadi Rp 7.300 dan solar bersubsidi Rp 6.900. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengisyaratkan harga kedua jenis bahan bakar tersebut akan kembali naik pada bulan depan jika harga minyak mentah di pasar dunia meningkat dan depresiasi rupiah berlanjut.
I Gusti Nyoman Wiratmadja, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, menjelaskan penetapan harga BBM selama ini didasarkan pada rata-rata harga minyak mentah bulanan. Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat dalam struktur biaya produksi BBM ataupun impor.
"Saat ini harga minyak MOPS (Mean of Plats Singapore/transaksi bursa Singapura) naik sekitar US$ 10, sedangkan rupiah melemah yang kalau dikombinasikan mengikuti harga keekonomian maka akan naik cukup tinggi. Namun, pemerintah berpikir bijak dengan menaikkan harga BBM, tapi tidak setinggi usulan Pertamina," ujarnya dalam diskusi di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (28/3).
I Gusti Nyoman Wiratmadja, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, menjelaskan penetapan harga BBM selama ini didasarkan pada rata-rata harga minyak mentah bulanan. Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat dalam struktur biaya produksi BBM ataupun impor.
"Saat ini harga minyak MOPS (Mean of Plats Singapore/transaksi bursa Singapura) naik sekitar US$ 10, sedangkan rupiah melemah yang kalau dikombinasikan mengikuti harga keekonomian maka akan naik cukup tinggi. Namun, pemerintah berpikir bijak dengan menaikkan harga BBM, tapi tidak setinggi usulan Pertamina," ujarnya dalam diskusi di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (28/3).
Kamis, 08 Januari 2015
analisa jurnal perilaku konsumen terhadap pembelian suatu barang atau merk
ANALISIS FAKTOR KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK INDOMIE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era sekarang ini, penduduk Indonesia gaya hidupnya ingin serba cepat,praktis dan tidak membuang waktu yang banyak. Termasuk dalam mengkonsumsi makanan, masyarakat Indonesia ingin instant dan cepat saji dikarenakan kesibukan mereka yang membuat mereka lebih suka mengkonsumsi makanan yang seperti itu.
Dan salah satu makanan yang mereka pilih adalah mie instant karena disamping penyajiannya praktis dan cepat, rasanya pun enak dan banyak pula pilihan rasanya. Dan Indomie merupakan salah satu mie instant ternama di Indonesia dari PT.Indofood.Walaupun pada saat ini banyak merk-merk mie instant yang beredar di pasaran, konsumen masih memilih Indomie sebagai pilihan mereka dalam mengkonsumsi mie instant.
Dikutip dari harisahmad.blogspot.com yang isinya menyatakan “Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang akan datang.Mie instant merupakan salah satu makanan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Mie instant sering dikonsumsi sebagai makanan alternatif pengganti makanan pokok. Sejalan dengan perkembangan produksi mie instan produksi tepung terigu juga mengalami peningkatan. Hal ini karena bahan baku dasar mie instan adalah tepung terigu.” Berdasarkan uraian diatas Penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK INDOMIE”
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Faktor apa saja yang membuat Indomie di gemari sampai sekarang khusunya mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3EA01
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alasan mengapa Indomie digemari oleh konsumen khususnya mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3EA01.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
• - Faktor Budaya
• - Faktor Sosial
• - Faktor Pribadi
• - Faktor Psikologis
• - Faktor Marketing Strategi
Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
• Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
• Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
2.1.3 Model Perilaku Konsumen
Salah satu model sikap dan perilakukonsumen adalah model Fishbein. Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :
a.Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindaka apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
b.Komponen norma subyektif
Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.
2.1.4 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan informasi – informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Hasil dari pemikiran itu dipengaruhi kekuatan kehendak konsumen untuk membeli sebagai alternative dari istilah keputusan pembelian yang dikemukakan oleh Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi, 2002). Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5) perilaku pascapembelian (Kotler, 2002).
2.1.5 Kualitas Produk
Menurut Kottler dan Amstrong ( 2001 ) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk, dan lain – lain. Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi 2002) Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas.
Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk sejenis lainnya.
Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
2.1.4 Harga
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan harga dengan nilai. Menurut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Fandy Tjiptono, 2001). Dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa subtitusi. Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (John C. Mowen dan Michael Minor, 2002). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Dan konsumen akan merasa puas apabila manfaat yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih tinggi dari nominal uang yang mereka keluarkan.
Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatarbelakangi mengapa konsumen memilih suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk tersebut dengan harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau karena ingin dianggap konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut dan ingin dianggap loyal.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi (Fandy Tjiptono, 2001). Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam "mendidik" konsumen mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi (Fandy Tjiptono, 2002)
Penyesuaian khusus terhadap harga dapat dilakukan dengan penetapan harga berdasarkan nilai yaitu harga menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan jasa yang baik dengan harga yang pantas. Penetapan harga berdasarkan nilai berarti merancang ulang merek yang sudah ada untuk menawarkan produk yang lebih bermutu dan memiliki nilai merek di mata konsumen pada tingkat harga tertentu atau produk bermutu sama dengan harga yang lebih murah. Dari fenomena ini konsumen memperoleh nilai lebih dengan memperoleh produk dengan harga yang ekonomis disertai dengan manfaat yang besar.
Berdasarkan dari bahasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa harga yang dipatok secara rasional dan sepadan dengan manfaat produk diberikan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk.
2.1.5 Iklan
Iklan merupakan suatu investasi ekonomis, dan bagi kebanyakan perusahaan dan organisasi non profit, iklan merupakan sebuah investasi yang dianggap sangat menguntungkan. (Shimp, 2003:42). Periklanan menurut Jefkins ( 1997 ) adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah murahnya. Menurut Kotler ( 2002 ), periklanan adalah segala
bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Sedangkan periklanan menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel ( 2001 ) merupakan bentuk dari komunikasi bukan pribadi yang dibayar dimana sponsor atau perusahaan diidentifikasi.
Menurut Rhenald Kasali ( 1995 ), iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Penyajian pesan itu harus dapat disuarakan atau diperlihatkan dan dinilai secara terbuka untuk suatu produk, jasa, atau ide. Sedangkan Keller (1998) dalam ( Prima, 2008) mendefinisikan Advertising sebagai ”any paid for of nonpersonal presentasion and promotion of ideas, goods, or service by an identified sponsor”. ”Paid” artinya bahwa secara umum ruang atau waktu untuk
menyampaikan pesan iklan harus dibeli. Atau dengan kata lain periklanan terdiri dari semua kegiatan penyajian non personal, suatu pesan tertentu, dan mempromosikan ide-ide, barang, atau jasa yang dilakukan oleh umum. Komponen nonpersonal dari iklan meliputi media massa (seperti televisi, radio, majalah, suarat kabar) yang dapat menyampaikan suatu pesan kepada suatu kelompok besar, seringkali pada saat yang bersamaan. Pendapat dari Fandy Tjiptono( 1997 ), iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. American
Marketing Association (AMA) mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas.
Menurut David A. Aaker seperti dikutip Fandy Tjiptono ( 2002:103 ) menyatakan bahwa iklan memegang peranan penting dalam pemasaran karena iklan akan menyampaikan beberapa pesan diantaranya adalah brand awareness (dikenal oleh masyarakat), strong brand association (memiliki persepsi terhadap merek tertentu yang baik), perceived quality(dipersepsikan konsumen untuk mengetahui produk tersebut bagian dari produk berkualitas), dan brand loyality
(memiliki pelanggan setia). Setiap perusahaan tidak hanya membuat produk yang bagus, namun juga berinvestasi meningkatkan ekuitas merek melalui periklanan, sehingga dengan adanya iklan konsumen akan menjadi tahu tentang keunggukan suatu produk.
Periklanan merupakan salah satu kiat utama yang digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi pada pembeli sasaran dan masyarakat. Periklanan juga merupakan cara yang paling efektif untuk menyebarkan peran, membangun preferensi kesan merek, maupun motivasi konsumen (Rhenald Kasali, 1995). Konsumen akan merasa dekat dengan perusahaan apabila mendapatkan informasi seputar perusahaan dan info merek produk yang bersangkutan. Iklan menunjukkan seberapa besar niat perusahaan untuk melayani kepentingan konsumen. Menurut Cravens (1996) mengemukakan bahwa keuntungan penggunaan iklan untuk berkomunikasi dengan para konsumen diantaranya adalah biaya yang rendah perpemasangan, keragaman media, pengendalian pemasangan, isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain iklan yang efektif dan kreatif. Untuk memperkenalkan produknya biasanya perusahaan menggunakan media iklan, diantaranya televisi.Televisi adalah media yang banyak disukai oleh kalangan pengiklan nasional karena sangat mudah dilihat dan kemampuan mendemonstrasikan suatu. Terlebih lagi, televisi menngunakan warna, suara, gerakan, dan musik. Sehingga iklan tampak begitu hidup dan nyata. Iklan visual dapat menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen begitu melihat produk akan segera teringat akan suatu merek tersebut (Jefkins, 1997).
2.2 HIPOTESIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasaan Konsumen terhadapa Indomie oleh mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3E01.Penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : data terdistribusi normal
Ha : data tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
jika nilai asymp. Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan terdistribusi
normal Jika nilai asymp. Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan tidak terdistribusi normal. Untuk menguji korelasi ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ho : Tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel Ha : Terjadi korelasi yang signifikan antara variabel Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah : Jika nilai Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan tidak terjadi korelasi yang signifikan.
Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan terjadi korelasi yang signifikan. Untuk menguji chi square ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ho : konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen. Ha : konsumen setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah : jika nilai Sig > a maka terima HO, maka konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen. Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka konsumen setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan skripsi dari Made Novandri SN yang berjudul“ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAAN SEPEDA MOTOR YAMAHA PADA HARPINDO JAYA CABANG NGALIYAN” dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Indepen (kualitas produk, harga dan iklan)mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian. Ketiga factor tersebut dianggap penting ketika akan membeli sepeda motor di Harpindo Jaya Cabang Ngaliyan.
Berdasarkan tulisan dari Novel Haliana yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK INDOMIE variabel bebas (budaya, sosial, pribadi dan psikologis) secara keseluruhan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian yang akan diambil oleh konsumen dalam pembelian Mie Instan Merek Indomie.
2.4 Regresi
Alat uji yang digunakan ada beberapa tahapan yaitu : (1) uji Validitas dan Reliabelitas,
(2) uji Normalitas, (3) Korelasi dan (4) uji Chi Square. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukuran mampu mengukur apa yang ingin di ukur (Purbayu Budi & Ashari, 2005 : 247). Dalam hal ini uji validitas digunakan dalam penerapan sebagai instrumen yang mengukur data responden milik penulis.
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur
gejala yang sama di lain kesempatan. Penulis memiliki kuesioner, maka hasil kuesioner tersebut akan sama jika digunakan untuk mengukur pada penelitian sejenis yang lainnya. salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametric yaitu uji normalitas data. Pengujian ini menuntut asumsi data yang diuji terdistribusi normal. Apabila sampel diperbesar, penyimpangan asumsi normalitas ini semakin kecil pengaruhnya.(Gunawan Sudarmanto, 2005 : 105).
Analisis korelasi merupakan salah satu tekhnik statistik yang sering digunakan untuk melihat hubungan yang terjadi antara variabel yang ada. Tujuannya adalah untuk melihat dan mengetahui pola serta keeratan hubungan variabel. Menurut Arief Pratisto (2009 : 71) terdapat 3 arah korelasi, yaitu positive correlation, negative correlation dan nihil correlation. Korelasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu korelasi parametric dan korelasi non parametrik. Jika angka dari korelasi tersebut bernilai negative maka yang terjadi adalah hubungan yang tidak searah, tetapi bilai nilai korelasi tersebut positif maka yang terjadi adalah hubungan yang searah antarvariabel yang diuji.
Uji Chi kuadrat (Chi Square) adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi/ yang benar-benar terjadi/ aktual (Fo) dengan frekuensi harapan/ ekspektasi (Fe) yang didasarkan atas hipotesis tertentu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era sekarang ini, penduduk Indonesia gaya hidupnya ingin serba cepat,praktis dan tidak membuang waktu yang banyak. Termasuk dalam mengkonsumsi makanan, masyarakat Indonesia ingin instant dan cepat saji dikarenakan kesibukan mereka yang membuat mereka lebih suka mengkonsumsi makanan yang seperti itu.
Dan salah satu makanan yang mereka pilih adalah mie instant karena disamping penyajiannya praktis dan cepat, rasanya pun enak dan banyak pula pilihan rasanya. Dan Indomie merupakan salah satu mie instant ternama di Indonesia dari PT.Indofood.Walaupun pada saat ini banyak merk-merk mie instant yang beredar di pasaran, konsumen masih memilih Indomie sebagai pilihan mereka dalam mengkonsumsi mie instant.
Dikutip dari harisahmad.blogspot.com yang isinya menyatakan “Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang akan datang.Mie instant merupakan salah satu makanan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Mie instant sering dikonsumsi sebagai makanan alternatif pengganti makanan pokok. Sejalan dengan perkembangan produksi mie instan produksi tepung terigu juga mengalami peningkatan. Hal ini karena bahan baku dasar mie instan adalah tepung terigu.” Berdasarkan uraian diatas Penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK INDOMIE”
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Faktor apa saja yang membuat Indomie di gemari sampai sekarang khusunya mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3EA01
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alasan mengapa Indomie digemari oleh konsumen khususnya mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3EA01.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
• - Faktor Budaya
• - Faktor Sosial
• - Faktor Pribadi
• - Faktor Psikologis
• - Faktor Marketing Strategi
Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
• Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
• Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
2.1.3 Model Perilaku Konsumen
Salah satu model sikap dan perilakukonsumen adalah model Fishbein. Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :
a.Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindaka apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
b.Komponen norma subyektif
Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.
2.1.4 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan informasi – informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Hasil dari pemikiran itu dipengaruhi kekuatan kehendak konsumen untuk membeli sebagai alternative dari istilah keputusan pembelian yang dikemukakan oleh Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi, 2002). Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5) perilaku pascapembelian (Kotler, 2002).
2.1.5 Kualitas Produk
Menurut Kottler dan Amstrong ( 2001 ) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk, dan lain – lain. Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi 2002) Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas.
Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk sejenis lainnya.
Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
2.1.4 Harga
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan harga dengan nilai. Menurut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Fandy Tjiptono, 2001). Dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa subtitusi. Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (John C. Mowen dan Michael Minor, 2002). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Dan konsumen akan merasa puas apabila manfaat yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih tinggi dari nominal uang yang mereka keluarkan.
Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatarbelakangi mengapa konsumen memilih suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk tersebut dengan harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau karena ingin dianggap konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut dan ingin dianggap loyal.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi (Fandy Tjiptono, 2001). Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam "mendidik" konsumen mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi (Fandy Tjiptono, 2002)
Penyesuaian khusus terhadap harga dapat dilakukan dengan penetapan harga berdasarkan nilai yaitu harga menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan jasa yang baik dengan harga yang pantas. Penetapan harga berdasarkan nilai berarti merancang ulang merek yang sudah ada untuk menawarkan produk yang lebih bermutu dan memiliki nilai merek di mata konsumen pada tingkat harga tertentu atau produk bermutu sama dengan harga yang lebih murah. Dari fenomena ini konsumen memperoleh nilai lebih dengan memperoleh produk dengan harga yang ekonomis disertai dengan manfaat yang besar.
Berdasarkan dari bahasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa harga yang dipatok secara rasional dan sepadan dengan manfaat produk diberikan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk.
2.1.5 Iklan
Iklan merupakan suatu investasi ekonomis, dan bagi kebanyakan perusahaan dan organisasi non profit, iklan merupakan sebuah investasi yang dianggap sangat menguntungkan. (Shimp, 2003:42). Periklanan menurut Jefkins ( 1997 ) adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah murahnya. Menurut Kotler ( 2002 ), periklanan adalah segala
bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Sedangkan periklanan menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel ( 2001 ) merupakan bentuk dari komunikasi bukan pribadi yang dibayar dimana sponsor atau perusahaan diidentifikasi.
Menurut Rhenald Kasali ( 1995 ), iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Penyajian pesan itu harus dapat disuarakan atau diperlihatkan dan dinilai secara terbuka untuk suatu produk, jasa, atau ide. Sedangkan Keller (1998) dalam ( Prima, 2008) mendefinisikan Advertising sebagai ”any paid for of nonpersonal presentasion and promotion of ideas, goods, or service by an identified sponsor”. ”Paid” artinya bahwa secara umum ruang atau waktu untuk
menyampaikan pesan iklan harus dibeli. Atau dengan kata lain periklanan terdiri dari semua kegiatan penyajian non personal, suatu pesan tertentu, dan mempromosikan ide-ide, barang, atau jasa yang dilakukan oleh umum. Komponen nonpersonal dari iklan meliputi media massa (seperti televisi, radio, majalah, suarat kabar) yang dapat menyampaikan suatu pesan kepada suatu kelompok besar, seringkali pada saat yang bersamaan. Pendapat dari Fandy Tjiptono( 1997 ), iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. American
Marketing Association (AMA) mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas.
Menurut David A. Aaker seperti dikutip Fandy Tjiptono ( 2002:103 ) menyatakan bahwa iklan memegang peranan penting dalam pemasaran karena iklan akan menyampaikan beberapa pesan diantaranya adalah brand awareness (dikenal oleh masyarakat), strong brand association (memiliki persepsi terhadap merek tertentu yang baik), perceived quality(dipersepsikan konsumen untuk mengetahui produk tersebut bagian dari produk berkualitas), dan brand loyality
(memiliki pelanggan setia). Setiap perusahaan tidak hanya membuat produk yang bagus, namun juga berinvestasi meningkatkan ekuitas merek melalui periklanan, sehingga dengan adanya iklan konsumen akan menjadi tahu tentang keunggukan suatu produk.
Periklanan merupakan salah satu kiat utama yang digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi pada pembeli sasaran dan masyarakat. Periklanan juga merupakan cara yang paling efektif untuk menyebarkan peran, membangun preferensi kesan merek, maupun motivasi konsumen (Rhenald Kasali, 1995). Konsumen akan merasa dekat dengan perusahaan apabila mendapatkan informasi seputar perusahaan dan info merek produk yang bersangkutan. Iklan menunjukkan seberapa besar niat perusahaan untuk melayani kepentingan konsumen. Menurut Cravens (1996) mengemukakan bahwa keuntungan penggunaan iklan untuk berkomunikasi dengan para konsumen diantaranya adalah biaya yang rendah perpemasangan, keragaman media, pengendalian pemasangan, isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain iklan yang efektif dan kreatif. Untuk memperkenalkan produknya biasanya perusahaan menggunakan media iklan, diantaranya televisi.Televisi adalah media yang banyak disukai oleh kalangan pengiklan nasional karena sangat mudah dilihat dan kemampuan mendemonstrasikan suatu. Terlebih lagi, televisi menngunakan warna, suara, gerakan, dan musik. Sehingga iklan tampak begitu hidup dan nyata. Iklan visual dapat menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen begitu melihat produk akan segera teringat akan suatu merek tersebut (Jefkins, 1997).
2.2 HIPOTESIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasaan Konsumen terhadapa Indomie oleh mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3E01.Penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : data terdistribusi normal
Ha : data tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
jika nilai asymp. Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan terdistribusi
normal Jika nilai asymp. Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan tidak terdistribusi normal. Untuk menguji korelasi ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ho : Tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel Ha : Terjadi korelasi yang signifikan antara variabel Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah : Jika nilai Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan tidak terjadi korelasi yang signifikan.
Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan terjadi korelasi yang signifikan. Untuk menguji chi square ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ho : konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen. Ha : konsumen setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah : jika nilai Sig > a maka terima HO, maka konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen. Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka konsumen setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan skripsi dari Made Novandri SN yang berjudul“ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAAN SEPEDA MOTOR YAMAHA PADA HARPINDO JAYA CABANG NGALIYAN” dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Indepen (kualitas produk, harga dan iklan)mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian. Ketiga factor tersebut dianggap penting ketika akan membeli sepeda motor di Harpindo Jaya Cabang Ngaliyan.
Berdasarkan tulisan dari Novel Haliana yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK INDOMIE variabel bebas (budaya, sosial, pribadi dan psikologis) secara keseluruhan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian yang akan diambil oleh konsumen dalam pembelian Mie Instan Merek Indomie.
2.4 Regresi
Alat uji yang digunakan ada beberapa tahapan yaitu : (1) uji Validitas dan Reliabelitas,
(2) uji Normalitas, (3) Korelasi dan (4) uji Chi Square. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukuran mampu mengukur apa yang ingin di ukur (Purbayu Budi & Ashari, 2005 : 247). Dalam hal ini uji validitas digunakan dalam penerapan sebagai instrumen yang mengukur data responden milik penulis.
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur
gejala yang sama di lain kesempatan. Penulis memiliki kuesioner, maka hasil kuesioner tersebut akan sama jika digunakan untuk mengukur pada penelitian sejenis yang lainnya. salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametric yaitu uji normalitas data. Pengujian ini menuntut asumsi data yang diuji terdistribusi normal. Apabila sampel diperbesar, penyimpangan asumsi normalitas ini semakin kecil pengaruhnya.(Gunawan Sudarmanto, 2005 : 105).
Analisis korelasi merupakan salah satu tekhnik statistik yang sering digunakan untuk melihat hubungan yang terjadi antara variabel yang ada. Tujuannya adalah untuk melihat dan mengetahui pola serta keeratan hubungan variabel. Menurut Arief Pratisto (2009 : 71) terdapat 3 arah korelasi, yaitu positive correlation, negative correlation dan nihil correlation. Korelasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu korelasi parametric dan korelasi non parametrik. Jika angka dari korelasi tersebut bernilai negative maka yang terjadi adalah hubungan yang tidak searah, tetapi bilai nilai korelasi tersebut positif maka yang terjadi adalah hubungan yang searah antarvariabel yang diuji.
Uji Chi kuadrat (Chi Square) adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi/ yang benar-benar terjadi/ aktual (Fo) dengan frekuensi harapan/ ekspektasi (Fe) yang didasarkan atas hipotesis tertentu.
"bagaimana perilaku konsumen terhadap pembelian/belanja online"
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan ke dua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi.[ Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ke tiga disebut sebagai sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan hierarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebu
Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan pemasar untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
k banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli
Pencarian informasi (information source) Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya
Keputusan pembelian (purchase decision).Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan
Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan.Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan.
Faktor-faktor yang memengaruhi
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)